Minangkabau Pada Zaman Jepang (1942-1944)
Wednesday, September 19, 2012
0
comments
Sepintas foto disamping memperlihatkan foto seorang Angku Datuak
dengan pakaian kebesarannya : saluak, kain bugis, baju dan celana dengan
sulaman benang emas, lengkap dengan terompah datuak-nya.
Tapi kalau diamati lebih detail ada sedikit yang berbeda dari angku
datuak kita ini. Mata sipit, rambut agak gundul, berkumis, muka bulat,
kacamata bulat dan perut juga bulat. Tongkrongannya kayak tentara jepang
saja. Tunggu dulu, tentara jepang?
Ini ada foto dua serdadu jepang diapit oleh anak-anak gadis minang
berpakaian adat.Meskipun pada saat itu belum ada festival uda-uni,
kalaulah salah satu gadis-gadis ini mengikuti festival itu sekarang,
dijamin minimal juara favorit dapat-lah. Laahh, jadi ngelantur...
Back to basic. Sepertinya tentara jepang yang ditengah mukanya mirip
dengan foto datuak tadi ya? Ya kumisnya, ya kacamatanya, ya bulat-bulat
tongkrongannya. Ternyata bukan hanya mirip, tapi memang itu foto orang
yang sama. Namanya adalah Kenzo Yano. Tapi dia bukan tentara, meskipun
pakaiannya kayak tentara --pakai samurai pula. Dia adalah Gubernur Sipil
Sumatera Barat sewaktu penjajahan Jepang. Shu-Chokan, bahasa Jepangnya.
Mantan Gubernur Prefektur Toyama di Jepang sana. Ia mendarat di Padang
pada tanggal 9 Agustus 1942 bersama 68 orang pejabat sipil lainnya.
Gubernur sipil? Ya, waktu penjajahan Jepang di Sumatera Barat ada 2
penguasa. Penguasa militer dibawah pimpinan Jenderal Tanabe berkedudukan
di Bukittinggi. Sedangkan Gubernur Sipil ya pak Yano tadi, berkedudukan
di Padang. Untuk memperlihatkan betapa pentingnya posisinya, coba
perhatikan foto disamping ini. Deretan pejabat penguasa Jepang sedang
berpose. Di barisan depan, ditengah-tengah adalah Jenderal yang sangat
terkenal yaitu Penguasa Wilayah Selatan, Field Marshall Hisaichi
Terauchi yang berkedudukan di Singapura. Disebelah kanan Terauchi adalah
Jenderal Tanabe, Panglima Divisi ke-25 yang berkedudukan di
Bukittinggi. Di sebelah kiri Terauchi tak lain tak bukan adalah Gubernur
Yano. Dari posisi duduknya sudah kelihatan, bukan?
Mungkin karena basic-nya orang sipil maka Gubernur Yano melakukan
pendekatan lebih manusiawi kepada rakyat Sumatera Barat dibanding
penguasa militer. Dialah yang berprinsip untuk 'merebut hati dan
perasaan rakyat' dalam menghadapi sekutu. Dia menghargai kebudayaan
Minang, sehingga tak heran dia berpose dengan pakaian datuak tadi. Konon
dia sangat menyenangi legenda rakyat Minang yang menyatakan asal-usul
orang Minangkabau dari 3 orang bersaudara yang turun dari Gunung Merapi.
Seorang menjadi raja di negeri Japang (Jepang), seorang menjadi raja di
negeri Rum (Romawi) --yaitu Iskandar Zulkarnain, dan seorang lagi
menjadi raja Minangkabau. Dengan legenda ini Gubernur Yano berusaha
merebut hati rakyat Minangkabau bahwa sebenarnya 'kitorang basudara'.
Pendekatan
yang relatif lunak seperti ini sering membuat penguasa militer gerah.
Tapi Pak Gubernur ini jalan terus. Selanjutnya dia mengusulkan kepada
penguasa Jepang untuk membentuk suatu laskar sukarela yang isinya orang
Indonesia semua. Maksudnya tentu untuk mengambil hati. Laskar inilah
nanti yang dikenal diseantero nusantara sebagai 'giyugun' atau Laskar
Rakyat. Tak tanggung-tanggung, Gubernur Yano sampai terbang ke Jakarta
dan berdiskusi dengan para founding fathers republik ini. Di foto
samping terlihat ia bersama Mr. Ali Sosroamidjojo, Mr. M. Yamin, H.
Agus Salim, Bung Hatta dan Bung Karno. Coba bayangkan bagaimana
hangatnya diskusi yang terjadi kalau pesertanya adalah bapak-bapak itu!
Namun demikian, ternyata militer lebih kuat. Yano dianggap tidak sejalan
karena lebih condong kepada mendorong semangat kemerdekaan anak negeri.
Gubernur Yano akhirnya meletakkan jabatan pada Maret 1944 dan
digantikan oleh Hattori Naoaki. Sebagian orang berpendapat bahwa ia
dipaksa untuk mundur. Jawabnya tentu ada pada diri Sang Mantan
sendiri...
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Minangkabau Pada Zaman Jepang (1942-1944)
Ditulis oleh Ferry Setia Budi
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://batang-agam.blogspot.com/2012/09/minangkabau-pada-zaman-jepang-1942-1944.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Ferry Setia Budi
Rating Blog 5 dari 5
0 comments:
Post a Comment