Kisah Orang Rantai
Wednesday, September 19, 2012
1
comments
Jika berbicara soal kerja paksa --seperti jaman Romusha oleh Jepang--,
maka sebenarnya di Ranah Minang pada jaman kolonial Belanda juga ada
kerja paksa, bahkan sebenarnya menjurus ke perbudakan. Lokasi terjadinya
adalah di tambang batubara ombilin antara tahun 1892-1938.
Lihatlah gambar dibawah. Dua orang dengan kaki dan tangan dirantai
sedang diturunkan dari sebuah kendaraan, Tepatnya gerbong kereta api
--yang merupakan alat transportasi utama pada saat itu. Merekalah yang
disebut dengan "orang rantai".
Orang rantai merupakan sumber tenaga kerja murah bagi tambang batu bara
di Sawahlunto yang sedang naik daun produksinya pada saat itu. Betapa
tidak, hanya dengan menyediakan makan dan minum serta sedikit upah,
tenaga kerja tersedia untuk menambang selama 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu. Non-stop.
Darimana datangnya orang rantai ini? Mereka adalah para narapidana dari
penjara-penjara yang ada di Pulau Jawa dan tempat-tempat lain di Hindia
Belanda. Dan sialnya, mereka ternyata tidak hanya terdiri dari para
kriminal semata, tetapi juga para pemberontak dan tawanan politik yang
melawan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Jadi sebenarnya sebagian
dari orang rantai adalah para pahlawan lokal yang nasibnya berakhir di
pelosok Ranah Minang --tepatnya di dalam lubang tambang di Sawahlunto.
Bercampur dengan para penjahat.
Orang rantai bekerja dalam 3 shift, pagi-siang-malam, masing-masing 8
jam. Mereka digiring dari kamp ke lubang tambang secara berbaris dengan
cara kaki dan tangan dirantai satu sama lain. Begitupun waktu pulang.
Persis binatang ternak yang digiring majikannya.
Apapun bisa terjadi di dalam lubang tambang. Dendam dan permasalahan
yang tidak selesai diluar bisa diselesaikan dengan perkelahian dan
pembunuhan di lubang tambang. Pimpinan tambang tidak peduli dengan
hal-hal seperti itu. Fasilitas kesehatan disini hanyalah untuk menjaga
agar para orang rantai tetap sehat. Karena hanya yang sehat yang bisa
bekerja. Tidak ada alasan lain.
Orang rantai yang masuk Sawahlunto berarti bersiap berkubur di sini.
Tanpa ada berita, semua lenyap ditiup angin Sawahlunto. Tidak ada
jurnalis, tidak ada penggiat HAM yang mengetahui dan mengabarkan apa
yang sebenarnya terjadi ke dunia luar. Tidak ada yang tahu bahwa
perbudakan masih terjadi di zaman modern di dalam perut bumi Ranah
Minang.
Ada satu hal yang menarik perhatian ambo. Tidak ada satupun dokumentasi yang ambo
temukan sejauh ini yang menunjukkan adanya orang yang tangan dan
kakinya dirantai terlihat sedang bekerja di dalam tambang. Contohnya
seperti foto di atas. Para penambang bekerja dengan mengayunkan linggis
sementara para bule dan centeng nyender-nyender ke tonggak sambil mengawasi pekerjaan.
Ada 2 kesimpulan ambo tentang hal ini. Pertama, bahwa
perantaian hanya dilakukan pada saat di luar tambang. Dapat dimaklumi
karena tidak ada tempat lari di dalam lubang tambang yang sempit dan
pengap itu. Satu lagi, bagaimana mereka bekerja mengayunkan linggis dan
mengambil kuda-kuda dengan kuat kalau saling dirantai? Artinya
produktivitas tidak akan maksimal.
Kesimpulan kedua adalah bahwa memang para juragan tambang kolonial
sengaja tidak memotret orang rantai yang sedang bekerja di dalam
tambang. Tentunya untuk kepentingan politis. Apa kata dunia nanti? Jadi
yang dipotret adalah buruh bebas atau buruh kontrak saja. Ini karena
kedua jenis buruh ini juga ada di tambang batu bara ombilin.
Terakhir, tidak hanya selagi hidup, setelah meninggal dunia pun, tidak
ada penghargaan yang layak bagi orang rantai. Tidak ada nama di nisannya
agar keluarganya dapat mengunjungi dan berkirim doa. Yang ada hanya lah
sederet nomor yang tidak begitu jelas artinya. Nomor register orang
rantai kah atau nomor register kematian kah? Antahlah, yuang......!!!!! hahahahahahahaaaa
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kisah Orang Rantai
Ditulis oleh Ferry Setia Budi
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://batang-agam.blogspot.com/2012/09/kisah-orang-rantai.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Ferry Setia Budi
Rating Blog 5 dari 5
1 comments:
kisah orang rantai adalah pesan bagaimana tambang jauh dari makna sejahtera , kisah orang rantai fakta kekejaman manusia terhadap manusia dan keserakahan pertambangan maka museum sawahlunto adalah museum daya rusak tambang.
Post a Comment