Sejarah Zaman Tiga Negara
Wednesday, September 19, 2012
0
comments
Zaman Tiga Negara atau juga dikenal dengan nama Samkok (Hanzi sederhana: 三国時代; Hanzi tradisional: 三國時代, hanyu pinyin: sanguo shidai, bahasa Inggris: Three Kingdoms Era) (220 - 280) adalah sebuah zaman di penghujung Dinasti Han di mana Cina terpecah menjadi tiga negara yang saling bermusuhan
Penghujung Dinasti Han
Dinasti Han
mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa yang tidak
cakap memerintah dan pembusukan di dalam birokrasi
pemerintahan. Beberapa pemberontakan petani pecah sebagai bentuk
ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Namun ketidakmampuan kaisar lebih
parah dipergunakan oleh para kasim untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan mereka.
Penghujung Dinasti Han memang adalah sebuah masa yang didominasi oleh
pemerintahan kasim.
Pembagian administrasi (prefektur)
di penghujung Dinasti Han
Sejak Kaisar Hedi,
kaisar-kaisar selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini menyebabkan
tidak ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena pemerintahan dijalankan oleh
kasim-kasim dan keluarga kaisar lainnya yang kemudian melakukan kudeta untuk
menyingkirkan kaisar yang tengah beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan
mereka. Ini menyebabkan lingkaran setan yang kemudian makin memurukkan situasi
Dinasti Han. Pada penghujung dinasti Han muncul pemberontakan selendang kuning
atau yang lebih dikenal dengan pemberontakan serban kuning, yang
dipimpin oleh Zhang Jiao beserta antek-anteknya mereka menduduki wilayah Yu
Zhou, Xu Zhou, Yan Zhou. Tepatnya dulu menduduki kota-kota Ping Yuan, Wan, Xu
Chang, Ye, Xiao Pei, Shou Chun. Untuk menumpas pemberontakan yang muncul maka
pemerintah dinasti Han menobatkan He Jin sebagai Jendral besar sekaligus
perdana menteri. Selama kurang lebih 8 tahun, He jin masih tidak dapat menumpas
pemberontakan.
Kelaliman Perdana Menteri Dong Zhuo
Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat,
para menteri kemudian merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar
Lingdi, Liu Bian. Ini
dimaksudkan untuk mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris
tahta. Rencana ini diketahui oleh He Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian
sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi pada April 189. Selain itu, He
Jin juga memerintahkan Dong Zhuo untuk kembali ke ibu kota Luoyang
untuk menghabisi para menteri serta kasim yang ingin merebut kekuasaan itu.
Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para menteri di
dalam istana.
Yuan Shao
kemudian mengambil inisiatif menyerang istana dan memerintahkan pembunuhan
sebagian menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut kekuasaan
kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi dan adiknya Liu Xie
ke luar istana. Dong Zhuo mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan kompolotan
menteri tadi dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah pengaturannya,
Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.
Dong Zhuo mulai menyiapkan
strateginya untuk mengontrol kekuasaan kekaisaran di Cina dengan membatasi
wewenang kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia lalu menghasut Lu Bu untuk
membunuh ayah angkatnya, Ding Yuan dan merebut
seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat diri sendiri. Yuan Shao juga
diusir olehnya dari Luoyang. Ia membatasi wewenang para menteri dan memusatkan
kekuasaan di tangannya, setelah itu, Kaisar Shaodi diturunkan dari tahta untuk
kemudian digantikan oleh adiknya Liu Xie yang menjadi kaisar dengan gelar Xiandi pada September 189. Sejarahwan
beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga Negara.
Yuan Shao kemudian menghimbau para
jenderal penguasa daerah untuk melawan kelaliman Dong Zhuo. Usahanya membawa
hasil 11 batalyon militer beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang guna
menumbangkan rezim Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang kemudian
dinamakan sebagai Tentara Pintu Timur. Dong Zhuo merasa takut dan
membunuh bekas kaisar Shaodi, membumi-hanguskan dan merampok penduduk Luoyang,
menyandera Kaisar Xiandi dan memindahkan ibu kota ke Chang'an.
Dalam pelariannya, Dong Zhuo
diserang oleh Cao Cao
dan Sun Jian
yang tergabung dalam Tentara Pintu Timur, namun sayang karena ada kecemburuan
di dalam aliansi menyebabkan tidak ada bantuan dari jenderal lainnya yang tidak
ingin melihat keberhasilan mereka berdua. Aliansi ini kemudian bubar dan Dong
Zhuo meneruskan kelalimannya di Chang'an.
Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana
bernama Wang Yun
bersama Lu Bu menghabisi nyawa Dong Zhuo di Chang'an. Ini mengakibatkan bawahan
Dong Zhuo, Li Jue menyerang istana dan membunuh
Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan kelaliman pemerintahan Dong
Zhuo.
Berkuasanya raja-raja perang
Setelah Dong Zhuo berhasil
dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah karena kehilangan kewibawaan kekaisaran.
Melemahnya kekuasaan istana menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah
memperkuat diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini
menyebabkan munculnya rivalitas antar raja-raja
perang satu wilayah dengan wilayah lainnya. Raja perang yang
terkenal dan kuat pada masa ini adalah :
- Yuan
Shao, menguasai Prefektur Ji di utara Sungai
Kuning.
- Cao Cao,
menguasai Chenliu dan
kemudian Xuchang.
- Yuan
Shu, menguasai daerah Huainan dan
mengangkat diri sebagai kaisar karena mempunyai stempel kekaisaran di
tangannya.
- Sun
Jian, menguasai Changsha.
- Dong
Zhuo, gubernur Prefektur Liang, namun kemudian merebut ibu kota
Luoyang
dan memindahkannya ke Chang'an, Prefektur Sili.
- Liu
Biao, menguasai Prefektur Jing.
- Liu
Zhang, menguasai Prefektur Yi.
- Zhang
Lu, menguasai Hanzhong.
- Ma Teng,
menguasai Prefektur Liang.
- Gongsun
Zan, menguasai Semenanjung Liaodong.
Peperangan Guandu dan penyatuan utara
Peta wilayah pengaruh Yuan Shao
(merah) dan Cao Cao (biru) pada tahun 195
Di antara mereka, kekuatan Cao Cao
dan Yuan Shao berkembang paling pesat dan menyebabkan peperangan di antara
mereka tidak dapat dihindari. Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu,
lalu Lu Bu pada tahun 198 serta Liu Bei setahun selanjutnya. Tahun 200, Yuan Shao
memulai ekspansi wilayah ke selatan, namun berhasil dipukul mundur oleh Cao
Cao. Yuan Shao kemudian memutuskan untuk memimpin sendiri kampanye militer ke
selatan dan berpangkalan di Yangwu. Cao Cao juga mundur ke Guandu untuk melakukan kampanye
defensif. Di sini, kekuatan di antara mereka berimbang selama setengah tahun
sampai akhirnya Cao Cao melakukan serangan mendadak dan memusnahkan seluruh
persediaan logistik Yuan Shao. Yuan Shao kemudian mundur karena moral prajurit
yang rendah setelah kekalahan yang menentukan itu. Ini adalah peperangan Guandu yang
terkenal itu.
Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan
Shao beberapa kali mencoba melakukan serangan kepada Cao Cao namun gagal. Tahun
202, Yuan Shao
meninggal, menyebabkan perebutan kekuasaan antara putranya, Yuan Tan dan Yuan Shang. Cao Cao
mengambil kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan Shang dan membunuh Yuan Tan.
Yuan Shang kemudian mencari perlindungan kepada suku Wuhuan di utara yang mendukung Yuan
Shao. Atas nasihat Guo Jia, Cao Cao menyerang Wuhuan dan membunuh pemimpinnya.
Yuan Shang dalam pelariannya mencari perlindungan kemudian dibunuh oleh Gongsun Kang yang
takut diserang Cao Cao bila memberikan suaka kepada Yuan Shang.
Tahun 207, Cao Cao secara
resmi mempersatukan wilayah utara Cina dan merencanakan ekspansi ke wilayah
selatan.
Kampanye militer ke selatan dan peperangan Chibi
Karakter Chibi di Tebing Merah di
tepi Sungai Panjang
Tahun 208, Cao Cao melakukan
kampanye militer ke selatan tepatnya ke Prefektur Jingzhou yang saat itu
dikuasai oleh Liu Biao.
Liu Biao meninggal sebelum Cao Cao tiba. Liu Zong, anak Liu
Biao yang menggantikan ayahnya menyerah kepada Cao Cao. Liu Bei yang saat itu
berlindung kepada Liu Biao melarikan diri ke Jiangling, namun
berhasil dipukul mundur lebih lanjut ke Xiakou.
Sun Quan mengutus penasihatnya Lu Su
mengunjungi Liu Bei menanyakan keadaannya. Zhuge Liang
kemudian mewakili Liu Bei mengajukan penawaran aliansi kepada Sun Quan. Aliansi
Sun-Liu terbentuk untuk menahan serangan Cao Cao. Zhou Yu
dan Cheng Pu memimpin
tentara Sun dan berhasil memukul mundur tentara Cao Cao dengan strategi api.
Peperangan berlokasi di daerah Chibi dan terkenal sebagai pertempuran
Chibi.
Liu Bei menduduki Prefektur Yizhou
Cao Cao yang kalah perang kemudian
mengalihkan perhatian ke wilayah barat. Cao Cao menyerang Hanzhong
yang dikuasai Zhang Lu.
Penguasa di Xiliang kemudian melakukan perlawanan
pada tahun 211
karena takut menjadi target Cao Cao selanjutnya. Ma Chao
yang memimpin perlawanan ini dikalahkan Cao Cao dan mengasingkan diri. Setelah
tahun 215, Cao Cao telah berhasil menguasai seluruh wilayah utara dan barat
Cina.
Kemenangan aliansi Sun-Liu
membuahkan perpecahan di antara mereka. Mereka mulai memperebutkan Jingzhou
yang ditinggalkan Cao Cao. Perebutan ini dimenangkan oleh Sun Quan, yang
melakukan serangan militer ke selatan Jingzhou di bawah pimpinan Zhou Yu. Zhou
Yu berencana melanjutkan ekspansi militer ke Prefektur Yizhou yang dikuasai Liu Zhang,
namun ia meninggal dalam perjalanan. Lu Su yang menggantikannya menghentikan
rencana ini dan meminjamkan Jingzhou kepada Liu Bei untuk pangkalan militer
sementara untuk menahan kemungkinan serangan Cao Cao.
Saat ini, Liu Zhang mengundang Liu
Bei untuk membantu Yizhou melawan kemungkinan ekspansi Cao Cao bila berhasil
menduduki Hanzhong. Liu Bei berangkat menuju Yizhou meninggalkan Guan Yu
menjaga Jingzhou. Perseteruan Liu Bei dan Liu Zhang pecah pada tahun 212, Liu Bei lalu
menduduki Chengdu
dan memaksa Liu Zhang menyerahkan kekuasaan Yizhou kepadanya.
Tiga negara terbentuk
Peta 3 negara pada tahun 262 M
Tahun 216, Cao Cao
mengangkat diri sebagai Raja Wei. Setahun kemudian, Liu Bei menyerang Hanzhong
yang saat itu dikuasai Cao Cao. Pengkhianatan dari dalam dan kampanye militer
Sun Quan di wilayah tengah menyebabkan Cao Cao terpaksa harus mundur dari
Hanzhong. Liu Bei juga mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong pada tahun 219.
Tahun yang sama, Guan Yu memimpin
pasukan menyerang Cao Cao, namun Lu Meng melakukan serangan dari belakang secara
mendadak ke Jingzhou. Guan Yu berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lu Meng. Tahun
220, Cao Cao meninggal
dunia dan digantikan oleh putranya Cao Pi. Cao Pi memaksa Kaisar Xiandi menyerahkan
tahta kekaisaran lalu mendirikan Negara Wei
dan bertahta dengan gelar Wendi. Setahun kemudian, Liu Bei yang mendukung
kelanjutan Dinasti Han mengangkat diri sebagai kaisar dengan gelar Zhaoliedi.
Sun Quan menyatakan tunduk kepada
Wei dan diangkat sebagai Raja Wu oleh Cao Pi. Tahun 221 juga, Liu Bei
menyerang Sun Quan dengan tujuan membalaskan dendam Guan Yu, namun berhasil
dipukul mundur oleh Lu Xun
dan meninggal pada tahun 223.
Liu Chan
kemudian menggantikan sang ayah menjadi kaisar dengan gelar Xiaohuaidi.
Sepeninggal Liu Bei, Sun Quan kembali bersekutu dengan Liu Chan untuk menahan
pengaruh Cao Cao. Tiga negara resmi berdiri dan tidak akan ada satupun negara
dapat menaklukkan negara lainnya selama kurun waktu 40 tahun.
Runtuhnya negara Shu Han
Sepeninggal Liu Bei, negara Shu Han
melakukan ekspansi wilayah ke timur laut Shu. tepatnya kota Chang An yang
dipimpin oleh Cao Hong dan Sima Yi sebagai penasihatnya. Ini dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan diserang dari belakang saat pelaksanaan gerakan ofensif
terhadap Wei di utara. Setelah wilayah di belakang ( maksudnya daerah di Nan
Man, yang dikuasai suku bar-bar) berhasil ditenangkan, Shu Han melakukan 5 kali
penyerangan ke utara di bawah pimpinan Zhuge Liang dalam kurun tahun 227 sampai 234, mulai dari Tian
Shui sampai Wu Zhang dan yang berhasil dikuasai Shu Han hanya Tian Shui saja.
Zhuge Liang meninggal pada
peperangan di tanah Wu Zhang atau dikenal dengan peperangan Wu Zhang Plains,
dimana Zhuge Liang sebenarnya menggunakan Ba Zhen Du sebagai ilmu sihir tingkat
tingginya, namun oleh Wei Yan, perwira Shu Han digagalkannya akibat pengaruh
dari Sima Yi. tahun 234 lalu digantikan oleh Jiang Wei
yang meneruskan ekspedisi ke utara, namun tidak menghasilkan kemenangan yang
mutlak. Liu Chan yang tidak cakap memimpin mempercayakan jalannya pemerintahan
kepada menteri kesayangannya Huang Hao. Jiang Wei yang mengajukan mosi tidak
percaya kepadanya, malah dituduh berkhianat kepada negara. Ini menyebabkan Wei
kemudian berhasil mematahkan pertahanan Hanzhong dan menyerang sampai ke
Chengdu, ibu kota Shu Han. Liu Chan menyerahkan diri kepada Wei dan negara Shu
Han resmi runtuh pada tahun 263.
Berdirinya Dinasti Jin
Tahun 265, menteri negara Wei, Sima Yan
merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan negara Jin, beribu kota di
Luoyang. Ia bertahta dengan gelar Kaisar Wudi. Jin kemudian merencanakan
penaklukan negara Wu yang saat itu sedang kacau sepeninggal Sun Quan pada tahun
251. Tahun 279, penyerangan Wu
dilancarkan dan Jin berhasil menaklukkan Wu tanpa perlawanan berarti karena
moral prajurit yang rendah. Sebab utama kekalahan Wu adalah pemerintahan lalim
dari kaisar Sun Hao.
Tahun 280, Cina dengan resmi
dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang kerap disebut sebagai Jin Barat oleh
sejarahwan. Dinasti ini akan berkuasa sampai tahun 420 sebelum Cina
kembali terpecah-pecah karena lemahnya kekaisaran dan serangan suku-suku barbar
dari utara.
Sastra
Kata pembukaan novel Kisah Tiga
Negara; Seluruh kekuatan di dunia, bersatu untuk bercerai dan bercerai untuk
bersatu kembali
Zaman ini punya popularitas lebih di
masyarakat luas karena Luo Guanzhong, seorang sastrawan Dinasti Ming
menuliskannya sebagai latar belakang roman sejarah Kisah Tiga
Negara (三國演義). Selain itu, ada pula sastra sejarah resmi Catatan Sejarah Tiga Negara (三國志) karya Chen Shou,
seorang sejarahwan Dinasti Jin.
Tokoh-tokoh berdasarkan negara
Penghujung Dinasti Han
- Dong
Zhuo, perdana menteri lalim
- Yuan
Shao, bangsawan dari utara, kemudian dikalahkan Cao Cao
- Liu
Biao, bangsawan dari Jingzhou
- Gongsun
Zan, jenderal Han di perbatasan timur laut
- Lu Bu,
jenderal bengis, membunuh 2 ayah angkatnya
- Diao
Chan, pacar Lu Bu
- Ma Teng,
penguasa Liangzhou
- Kaisar
Xiandi, kaisar terakhir Dinasti Han
- Hua
Xiong, jendral andalan Dong Zhuo
- Wen
Chou, jendral terkuat yuan shao
- Yan
Liang, jendral Pemberani yang dibawah pimpinan Yuan Shao
- Wily Chan
(Bersatunya Tiga Negara / Tokoh dibalik Layar)
- Cao Cao,pemimpin
negara Wei, raja perang, mempersatukan utara Cina
- Cao Pi,
anak dari Cao Cao, pemimpin pengganti negara Wei
- Cao Rui,
cucu dari Cao Cao, pemimpin pengganti Cao Pi
- Cao Ren,
paman dari Cao Pi
- Cao Ang, anak
dari Cao Cao
- Cai Wenji,
diselamatkan Cao Cao setelah diculik Xiongnu
- Sima Yi,
penasihat militer dan ahli strategi, rival Zhuge
Liang
- Guo Jia,
penasihat militer, mati muda, lebih jenius dari Sima Yi
- Xun Yu,
penasihat militer
- Xun You,
penasihat militer, saudara Xun Yu
- Zhen Ji,
istri Cao Pi
- Cheng Yu,
penasihat militer
- Jia Xu,
penasihat militer
- Chen Qun,
penasihat militer
- Xiahou
Dun, jenderal perang
- Xiahou
Yuan, abang dari Xiahou Dun, terkenal akan panahnya
- Xiahou
Ba, anak Xiahou Yuan
- Zhang
Liao, jenderal perang
- Yue Jin,
jenderal perang
- Yu Jin
, jenderal perang
- Zhang
He, jenderal perang
- Dian
Wei, pengawal pribadi Cao Cao
- Xu Chu,
pengawal Cao Cao, pengganti Dian Wei
- Zhuge Dan,
saudara sepupu Zhuge Liang, tetapi bekerja pada Wei
- Sima
Zhao, anak dari Sima Yi, ayah dari Sima
Yan (yang nantinya mendirikan Dinasti
Jin)
- Hao
Zhao, jendral perang, penjaga Chen Cang dari Zhuge
Liang
- Xu
Huang, jendral perang
- Sima
Shi, anak tertua Sima Yi
- Wang Shuang,
jendral perang, wakil dari Cao Zhen di Chen Cang
- Sun
Jian, raja perang, penguasa Changsha
- Sun Ce,
anak Sun Jian, peletak dasar negara Wu
- Sun
Quan, kaisar pertama negara Wu
- Sun
Shang Xiang, anak Sun Jian
- Sun Hao, kaisar
terakhir Wu
yang sangat korup
- Zhou Yu,
penasihat militer, mati muda
- Zhuge
Jin, penasihat militer
- Ling
Tong, jendral perang sekaligus anak Ling Cao
- Ling Cao, jendral
perang dan bapak Ling Tong yang telah dibunuh oleh Gan Ning
- Lu Su,
penasihat dan pengganti posisi Zhou Yu
- Ding
Feng, Jenderal perang
- Lu Meng,
jendral perang
- Lu Xun,
jenderal perang
- Xiao
Qiao, istri Zhou yu dan adik Da Qiao
- Da Qiao
, istri Sun Ce dan Kakak Xiao Qiao
- Huang
Gai, jenderal perang
- Gan
Ning, jenderal perang
- Taishi
Ci, jenderal perang
- Zhou
Tai, jendral perang
- Xu Sheng, jendral
perang
- Zhang Zhao,
menteri
- Zhang Hong,
menteri
- Han Ze, menteri
- Gu Yong, menteri
- Bu Zhi, menteri
- Liu Bei,
bangsawan berdarah biru, ingin meneruskan Dinasti Han
- Liu
Shan, anak Liu Bei
- Zhuge
Liang, penasihat militer
- Pang
Tong, penasihat militer
- Jiang
Wei, jenderal perang
- Guan Yu,
dikenal juga sebagai Guan Gong, adik angkat Liu Bei
- Guan
Ping, anak adopsi Guan Yu
- Guan
Suo, anak dari Guan Yu
- Xing
Cai, anak perempuan Zhang Fei
- Zhang
Bao, anak laki-laki Zhang Fei
- Zhang
Fei, adik angkat Liu Bei
- Ma Dai, jenderal
perang dan sepupu Ma Chao
- Sha Moke,
jenderal perang
- Mi Fang,
jenderal perang
- Zhao
Yun, jenderal perang
- Huang
Zhong, jenderal perang
- Yue Ying, istri
Zhuge Liang
- Ma Chao,
jenderal perang
- Fei Wei, menteri
- Jiang
Wan, menteri, pengganti Zhuge Liang
- Dong Yun, menteri
- Ma
Liang, menteri
- Wei Yan,
jenderal perang
- Ma Su,
menteri dan saudara Ma Liang
- Xu Shu,
penasihat militer, pendahulu Zhuge
Liang, nama lainnya Dan Fu
- Huang
Hao, kasim kesayangan Liu
Chan yang korup, penyebab utama hancurnya Shu Han
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Sejarah Zaman Tiga Negara
Ditulis oleh Ferry Setia Budi
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://batang-agam.blogspot.com/2012/09/sejarah-zaman-tiga-negara.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Ferry Setia Budi
Rating Blog 5 dari 5
0 comments:
Post a Comment