Sejarah Lokomotif Di Indonesia
Wednesday, September 19, 2012
0
comments
Kereta Api Pertama di Indonesia tahun 1867
Kereta api pertama di Indonesia dibangun tahun 1867 di Semarang
dengan rute Samarang NIS-Tanggung yang berjarak 26 km, atas permintaan
Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang
Semarang. Kemudian dalam melayani kebutuhan akan pengiriman hasil bumi dari
Indonesia, maka Pemerintah
Kolonial Belanda sejak tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api,
dengan muara pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
dan Tanjung
Perak Surabaya.
Berbagai Lokomotif Uap di Indonesia
Lokomotif uap milik Deli
Spoorweg Maatschappij (tahun 1910-an)
Di Indonesia pernah ada lokomotif uap dari berbagai jenis, antara lain:
- Lokomotif
Uap Tahun 1871: Seri B Gordon, Manchester
- Lokomotif
Uap Tahun 1880: Seri C Manchester
- Lokomotif
Uap Tahun 1899: Seri BB Hartmann
- Lokomotif
Uap Tahun 1904: Seri CC Hartmann
- Lokomotif
Uap Tahun 1916: Seri DD ALCO (yang terbesar di Indonesia, kelas 2-8-8-0)
- Lokomotif
Uap Tahun 1951: Seri D 52 Krupp
Lokomotif Uap Terbesar di Indonesia: Seri DD 50, DD
51, dan DD 52
Lokomotif terbesar di Indonesia Seri
DD 52
Di Indonesia tidak ada lokomotif super besar sepert Big Boy, Challenger,
atau Northern, namun kita juga punya lokomotif terbesar dengan Seri DD 50, DD
51, dan DD 52. Lokomotif DD 52 adalah salah satu lokomotif mallet yang berada
di Indonesia.
Seperti diketahui, bahwa perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) pernah
memesan dan memiliki lokomotif besar (bukan Super Besar seperti yang di
Amarika dengan Big Boy), karena SS membutuhkan lokomotif dengan daya yang
lebih kuat dari lokomotif yang sudah ada maupun mampu berbelok dengan mulus
pada tikungan yang tajam pada jalur pegunungan di Jawa Barat.
Kemudian SS memesan kepada ALCO di Amerika pada tahun 1916 hingga tahun
1923, berupa lokomotif tipe Mallet generasi ketiga (DD 50), keempat (DD 51) dan
kelima (DD 52) yang beroperasi di Indonesia.
Ketiga seri lokomotif uap tersebut memiliki susunan roda 2-8-8-0. Lokomotif
DD50 memiliki berat 133 ton, panjang 20737 mm dan mampu melaju hingga kecepatan
40 km/jam. Lokomotif DD51 memiliki daya berat 137 ton, panjang 20737 mm dan
mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam (Seri DD 50 atau DD 51 mirip Northern).
Lokomotif DD52 memiliki daya 1850 HP (horse power), berat 136 ton, panjang
20792 mm dan mampu melaju hingga kecepatan 50 km/jam. Dengan spesifikasi teknis
yang seperti itu, maka lokomotif DD50, DD51 dan DD52 merupakan lokomotif uap
terbesar yang pernah beroperasi di Indonesia.
Pada tahun 1916, SS memesan 8 unit lokomotif DD50 pabrik ALCO (American
Locomotive Company, Amerika Serikat). Kemudian pada tahun 1919, SS kembali
memesan 12 unit lokomotif DD51 ke pabrik ALCO dengan konstruksi yang sama
dengan lokomotif DD50 namun dengan design teknis yang lebih baik. Lokomotif
DD50 dan DD51 mampu melaju hingga kecepatan 40 km/jam. Pada tahun 1923, SS
kembali memesan 10 unit lokomotif DD52 dengan konstruksi yang sama dengan
lokomotif DD50/DD51 namun dengan kecepatan maksimum yang lebih tinggi yaitu 50
km/jam. Namun pemesanan lokomotif DD52 ini dilayangkan kepada 3 (tiga) pabrik
lokomotif di Eropa (Hanomag/Jerman, Hartmann/Jerman and Werkspoor/Belanda).
Kereta api pada rel bergigi di Sumatera Barat dan
Ambarawa
Lokomotif bergigi di Sumatera Barat
(tahun 1920-an)
Di Indonesia pernah beroperasi kereta api pada rel bergigi di Sumatera
Barat dan Ambarawa, yaitu kereta api yang beroperasi di daerah pegunungan
dengan kemiringan lintas rel sebesar 6% (lintas kereta umumnya hanya sampai 1%
saja). Kini kereta api tersebut masih dioperasikan untuk kepentingan pariwisata
di Sumatera Barat dan Ambarawa.
Bengkel Lokomotif Uap di Madiun
Pada mulanya depo lokomotif uap ada
di seluruh stasiun di Indonesia, seperti Tanahabang Jakarta, Bandung,
Purwokerto,
Kutoarjo,
Pengok (bengkel lokomotif se-Jawa di Yogyakarta),
Madiun,
dan Gubeng (Surabaya), namun sejak
pemerintah mengimpor lokomotif diesel, maka Madiun telah ditetapkan
menjadi bengkel pusat lokomotif uap menggantikan bengkel Pengok. Sekarang
lokasi di Madiun dipakai untuk PT. Industri
Kereta Api (PT. INKA).
Lokomotif Uap terakhir di Indonesia
Lokomotif uap D52 terakhir di Indonesia buatan 1951-1955 dari pabrik
KRUPP Jerman
Pada tahun 1950, Pemerintah RI melalui DKA (Djawatan Kereta Api) mengimpor
lokomotif uap yang terakhir yaitu seri D 52 dari pabrik Fried Krupp di Essen, Jerman
sebanyak 100 buah dengan sistem kopel 2-8-2. Lokomotif ini sangat kuat
(bertenaga 1600 HP) dan dipakai di berbagai kebutuhan untuk penumpang, barang
maupun angkutan batu bara. Setelah beroperasi sekitar 30 tahun (D
52), maka pengoperasian lokomotif uap berakhir seiring dengan adanya era
peralihan traksi uap menjadi traksi diesel. Lokomotif uap yang masih tersisa
berada di Ambarawa.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Sejarah Lokomotif Di Indonesia
Ditulis oleh Ferry Setia Budi
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://batang-agam.blogspot.com/2012/09/sejarah-lokomotif-di-indonesia.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Ferry Setia Budi
Rating Blog 5 dari 5
0 comments:
Post a Comment